Site Network: Link | Link | Link | Blogger Skin 2.0

 

"Laysal fataa man yaqul : Hadzaa Abii. walakinnal fataa man yaqul: Ha ana Dza!"



Memaknai konsep Tuhan

Memaknai konsep Tuhan dan tugas hamba-Nya


Assalamu'alaikum,


Sebenarnya pembahasan tentang konsep Tuhan dalam Islam sudahlah selesai. Agama Islam yang dibawa dan disebar oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang menjunjung tinggi nilai tauhid dan meng-Esa-kan Tuhan yang satu yaitu Allah Subhanallahu wa ta'ala dan menyingkirkan kultus dan penyembahan terhadap tuhan-tuhan lainnya. Adalah menarik sekaligus menyedihkan bahwa sebagian umat Islam ada yang belum menyadari atau menghayati konsep Tuhan dalam Islam sehingga proses pengenalan akan Tuhan hanya terjadi dalam tataran pemikiran tetapi belum mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh karena kurangnya pemahaman tentang konsep Tuhan dalam Islam.

Dalam konsepsi Aristotle (384-322 SM), Tuhan disebut sebagai "unmoved mover", yaitu penggerak yang tidak bergerak. Tuhan Aristotle adalah Tuhan filsafat, Tuhan yang ada dalam pikiran, karena ia harus ada secara logika sebagai penggerak alam semesta yang senantiasa berada dalam keadaan bergerak dan berubah. Tuhan dalam konsepsi Aristotle hanya tahu dirinya sendiri, dan tidak paham apa yang ada diluar dirinya.

Tentunya Tuhan dalam konsepsi Islam tidaklah demikian. Tuhan menurut al-Qur'an, adalah hakikat yang mutlak (al-Haqq), sementara semua bentuk ketuhanan yang lain adalah salah (bathil), mereka hanyalah nama. Ia bukanlah suatu bentuk proyeksi pikiran manusia, seperti diduga oleh Feurbach, juga Tuhan bukan produk kebencian orang-orang yang kecewa, seperti kata Nietzsche. Bukan pula sebuah ilusi orang-orang yang masih kekanak-kanakan, seperti pendapat Freud. Juga bukan seperti dugaan Marx, suatu candu masyarakat, suatu hiburan yang dipersembahkan demi keuntungan pribadi.

Tuhan menurut al-Qur'an adalah Dia yang selalu hidup (al-Hayy al-Qayyum), yang melampaui batasan tata ruang dan waktu, Yang Pertama (al-Awwal) dan Yang Akhir (al-Akhir), Yang Nyata (al-Zhahir) dan Tersembunyi (al-Bathin). Hakekat Tuhan yang pasti adalah tidak dapat diketahui, karena Ia melampaui semua pengertian.

Berulang kali al-Qur'an menyebut bahwa Tuhan selalu hadir dan dekat, bahkan dalam kenyataannya lebih dekat dari urat leher manusia. Apa maksudnya ? Tentu, ini bukan berarti pengertian fisik Tuhan yang berada atau dekat, meskipun dalam kenyataannya dekat dengan manusia. Ini mengimplikasikan, seperti ditunjukkan oleh konteks itu, bahwa Tuhan selalu sadar dan memperhatikan gerak hati dan tindakan-tindakan luar manusia, dengan harapan bahwa manusia akan menahan diri dari tujuan-tujuan yang tidak disukai oleh Penciptanya.

Seiring berputarnya waktu, bergantinya zaman dan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, banyak tuhan-tuhan baru yang tercipta. Manusia tidak lagi mengenal atau bahkan enggan mengenal Tuhan dengan "T" besar. Setiap keputusan yang dibuat dalam kehidupannya selalu menomer sekiankan Tuhan dan menomer satukan dirinya. Bagi sebagian manusia yang telah kering hatinya, Tuhan tidak lagi menjadi tujuan dalam mendapatkan solusi melainkan hanya bilik pengaduan. Mereka menganggap Tuhan tidak lagi berhak mengatur apa yang sudah menjadi urusan manusia, sehingga hukum yang dibuat oleh Tuhan pun ditolak mentah-mentah karena kata mereka hukum itu tidak relevan lagi dengan zaman.

Teolog kontroversial Jerman, Hans Kung dalam bukunya Does God Exist ?, menceritakan kisah yang menunjukkan kesombongan hati sejumlah ilmuwan sekular. Ketika ditanya apakah ia meyakini adanya Tuhan, seorang pujangga dan tokoh filsafat besar mengatakan: "Tentu tidak, saya adalah seorang ilmuwan". Sedangkan filsafat al-Qur'an tentang alam semesta akan mendorong seorang ilmuwan menjawab, "Ya, tentu, justru karena saya seorang ilmuwan, maka saya meyakini".

Bagi mereka yang menganut paham atheist, agama hanyalah dogma atau bahkan seperti disebut oleh Karl Marx bahwa agama itu adalah candu masyarakat, Nietszche pun mengkampanyekan slogan "Tuhan sudah mati". Memang, pada awal abad kesembilanbelas, atheisme benar-benar telah menjadi agenda. Kemajuan sains dan teknologi melahirkan semangat otonomi dan independensi baru yang mendorong sebagian orang untuk mendeklarasikan kebebasan dari Tuhan. Inilah abad ketika Ludwig Feurbach, Karl Marx, Charles Darwin, Friedrich Nietzsche, dan Sigmund Freud menyusun tafsiran filosofis dan ilmiah tentang realitas tanpa menyisakan tempat buat Tuhan.

Muhammad Iqbal dengan tepat sekali mengingatkan bahwa pengetahuan ilmiah yang tidak mempertinggi dan tidak dikaitkan pada agama adalah iblis. Ia menulis, "Akal yang diceraikan dari cinta adalah durhaka (seperti iblis), sedangkan akal yang disiram dengan cinta pastilah memliki sifat ketuhanan". Dan inilah yang akhir-akhir ini seringkali kita lihat atau dengar di lingkungan sekitar kita, tentang seseorang yang dianggap berilmu tetapi ilmu itu digunakan untuk melawan atau memutar balikkan perintah Tuhan sebagai Sang Pencipta alam semesta.

Semua ciptaan di alam semesta ini semisal malaikat, langit, semut dan bahkan petir adalah penting untuk secara spiritual, dalam arti bahwa ciptaan-ciptaan itu pun menyerukan pujian kepada Tuhan dalam kondisi yang melampaui pengertian manusia (QS 17:44). Walaupun begitu, semua alam semesta ini dijadikan untuk dimanfaatkan oleh manusia.

Pemanfaatan ini adalah untuk mempertinggi tujuan penciptaan manusia yang sebenarnya, yaitu untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan sesuai dengan surat Adz Dzaariyaat 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". Tuhan sendiri tidak memerlukan balasan berupa pemberian dari manusia atas diciptakannya mereka beserta alam semesta ini (QS 51:57), karena Tuhan-lah Dzat yang selalu hidup (al-Hayy al-Qayyum) dan berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun atau apapun (QS 2:255). Sehingga apabila seorang manusia dalam seumur hidupnya selalu digunakan untuk beribadah pun tidak akan menambah keagungan Tuhan, melainkan memberikan keuntungan dan kebaikan terhadap manusia itu sendiri secara lahir dan bathin, untuk di dunia dan terlebih lagi untuk di akhirat.

Manusia dan tugasnya

Keberadaan manusia di dalam dunia ini dilengkapi dengan dua keadaan. Manusia adalah mahluk yang terdiri dari jasad dan ruh; artinya, mahluk jasadiah dan ruhaniah sekaligus. Manusia bukanlah mahluk ruh murni dan bukan pula jasad murni, melainkan mahluk yang secara misterius terdiri dari kedua elemen ini. Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dibandingkan dengan mahluk lainnya. Manusia yang diberi akal pikiran, perasaan, cinta, dan fisik yang lebih baik agar bisa membedakan dan mengetahui mana yang lebih baik atau buruk dalam kehidupan ini. Tetapi itu bukan berarti manusia adalah mahluk yang luput dari segala kekurangan.

Kekurangan manusia sebagai mahluk banyak disebutkan dalam al-Qur'an. Misalnya, manusia adalah mahluk yang enggan dan kikir (QS 17:100), mahluk yang paling banyak bantahannya (QS 18:54), sangat sedikit dalam mensyukuri nikmat (QS 7:10), tidak sabar dan suka berkeluh kesah (QS 70:19-20), suka melampaui batas dan merasa kaya (QS 96:6). Disebutkan lagi, manusia adalah mahluk yang mencintai kehidupan dunia dan tidak memperdulikan akibat dari perbuatan mereka di hari akhir (QS 76:27) dan lain sebagainya. Maka terlihat jelas, manusia-lah yang membutuhkan Tuhan dan bukan sebaliknya. Manusia akan selalu membutuhkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya agar menjadi insan yang lebih baik.

Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dibandingkan dengan mahluk lainnya. Manusia yang diberi akal pikiran, perasaan, cinta, dan fisik yang lebih baik agar bisa membedakan dan mengetahui mana yang lebih baik atau buruk dalam kehidupan ini. Kebebasan manusia, akal pikiran dan cabang-cabangnya yang lain, begitu juga alam semesta yang besar ini, haruslah digunakan bukan semata-mata demi kenikmatan tetapi sebagai suatu bentuk beribadah. Dengan cara ini, dimensi spiritual terdalam semua mahluk yang dimanfaatkan manusia untuk beribadah akan mendatangkan keserasian dalam tujuan dan tatanan penciptaan, bukan lagi kekacauan.

Oleh karena itu, sudah saatnya manusia, semakin memahami konsep Tuhan seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap ruas kehidupan kita agar setiap manusia semakin mengerti akan tugasnya sebagai hamba. Bukan untuk keuntungan Tuhan, tapi demi manusia itu sendiri.[]


Wassalamu'alaikum


[get this widget]

posted by Indra @ 12:12 AM, ,




Bantu Palestina

Mari ikut membantu...

Assalamu'alaikum,


Ini adalah aksi longmarch yang pertama kalinya bagiku. Tak pernah aku mengikuti aksi semacam ini sebelumnya. Dulu aku pernah berkeinginan apabila suatu saat nanti aku harus ikut aksi turun ke jalan, maka aksi itu haruslah yang mempunyai nilai tambah di hatiku dan mempunyai nilai lebih di mata Rabbku.

Maka hari itu kuputuskan untuk mengikuti aksi turun ke jalan bertajuk "One Man, One Dollar To Save Palestina" yang diadakan oleh Partai Keadilan Sejahtera. Walaupun saya bukan kader, boleh dong ikut team horenya :D. Hari itu sekitar 180 ribu manusia dari wilayah Jabotabek tumpah ruah di sepanjang jalan MH. Thamrin. Mereka memulai aksi longmarch nya dari bundaran Hotel Indonesia dan berakhir di depan kantor kedutaan besar Amerika.

Aksi longmarch itu berjalan dengan damai. Selama di perjalanan, hal-hal inilah yang selalu kupertanyakan dalam hati dan juga kutanyakan ke Fatah, sahabatku. Selama ini yang aku perhatikan di televisi, banyak aksi-aksi massa semacam ini yang berujung menjadi tindakan vandal dan merusak.

Salah satu contohnya adalah yang baru kita lihat kemarin di depan gedung MPR, menyedihkan bukan ?. Padahal dengan jumlah massa yang mencapai kurang lebih 180 ribu manusia itu sangat mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akibatnya bisa lebih fatal dibandingkan kejadian kemarin di depan gedung MPR. Tapi ternyata ? aksi itu berjalan dengan sangat damai, sedamai wajah para akhwat disana. Oh ya, ketika aku mau berangkat, seseorang kirim sms yang isinya, "Sebelum ikutan aksi, jangan lupa bawa jaket plus topi dan....hati-hati ya akh disana banyak akhwat-akhwat cantik..." .

Fatah, sahabat saya yang ketua RISMATA sekaligus kader setia PKS itu pun menjawab dengan bijaksana. Dia mengatakan bahwa semua itu kembali kepada apa sebenarnya yang menjadi tujuan kita dalam melakukan aksi massa. Kalau tujuan kita hanyalah untuk meraih ridha Allah, maka kita sendiri yang akan malu ke Allah apabila ingin melakukan aksi-aksi yang merugikan orang lain.

Fatah juga mengatakan, "Yang kita lakukan ini bukan untuk membela hak kita pribadi, tapi kita membela hak saudara kita semuslim nun jauh di Palestina sana yang ter-zhalimi bukan saja secara fisik tapi juga secara psikis yang bisa mengakibatkan torehan luka yang lebih dalam dan lama, maka sudah sewajarnyalah kita ikut berpartisipasi sebatas yang kita mampu". Saya terkesima mendengar penjelasan dari seseorang yang selalu jadi bahan bercandaan kita semua di RISMATA :).

Maka saat itu saya semakin yakin, bahwa sekecil apapun kontribusi kita dalam membantu saudara kita, pastilah akan membuka jalan bagi kita untuk mendapatkan ke-ridhaan Allah terhadap negeri ini. Bukankah ada hadits yang mengatakan bahwa doa orang-orang yang ter-zhalimi itu adalah doa yang tidak ada hijab antara sang hamba dengan Allah dan mudah untuk dikabulkan. Lalu bayangkan ketika semua warga Indonesia ikut membantu Palestina, dan mereka membalasnya dengan ribuan atau bahkan jutaan doa agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik di masa depan. Sungguh....sebuah transaksi yang indah, mari kita ikut membantu...


Wassalamu'alaikum


[get this widget]

posted by Indra @ 10:27 PM, ,