Site Network: Link | Link | Link | Blogger Skin 2.0

 

"Laysal fataa man yaqul : Hadzaa Abii. walakinnal fataa man yaqul: Ha ana Dza!"



Pengalaman pertama bersama istri

Pengalaman pertama bersama istri


Assalamu'alaikum,

Kalau membaca judul diatas konotasinya bisa macam-macam. Tapi yang saya maksud disini benar-benar yang pertama kali saya lakukan didepan publik dan bersama istri pula.

Ketika saya menikah bulan September 2006 lalu, banyak rekan-rekan saya yang menawarkan bantuan tenaganya apabila dibutuhkan. Tapi saat itu bantuan tenaga sudah mencukupi dan saya juga ngga mau merepotkan teman-teman saya. Bahkan kalau memungkinkan, saya maunya mereka semua menjadi tamu bukan panitia. Tapi ada satu teman saya atau mungkin lebih tepatnya dibilang seorang sahabat. Karena saya memang kenal dia semenjak sd kelas 5, namanya Dodo. Sepuluh tahun lebih bersahabat dengan dia banyak menimbulkan kenangan yang seru, lucu sekaligus menyebalkan. Dodo dan saya punya cukup banyak kesamaan dalam bidang hobi. Mulai dari koleksi mainan GI.JOE jaman sd dulu, main skateboard bareng di Senayan tahun 95an sampai yang terakhir airsoft gun.

Bukan bermaksud sombong nih ya, tapi biasanya trendsetter dari hobi-hobi itu adalah saya hehehe. Sayalah yang memulai demam GI.JOE, skateboard dan airsoft gun. Kalau hobi yang terakhir ini kita mulainya barengan dan tanpa sengaja ketemu lagi sudah dalam keadaan demam airsoft gun. Uniknya, biasanya saya pulalah yang mengakhiri hobi-hobi itu. Ketika teman-teman saya yang lain koleksi GI.JOE nya sudah semakin banyak, saya justru memilih berhenti mengoleksinya. Otomatis saya jadi sering diprotes karena dikatakan ngga konsisten dengan hobi saya itu hehehe. Tapi ya itulah karena saat itu kita masih kecil-kecil, sehingga sekarang moment-moment seperti itu menjadi hal yang lucu untuk diingat-ingat setelah dewasa.

Kembali ke topik, ketika saya sedang mempersiapkan pernikahan Dodo menawarkan bantuannya untuk menjadi bagian dokumentasinya alias fotografer pernikahan saya dan Nina. Reputasi Dodo dalam fotografi bagi saya ngga perlu saya ragukan lagi selain karena dia memang keponakan dari Darwis Triadi dan banyak menuntut ilmu fotografi dari beliau, Dodo pun punya style sendiri dan sekian lama bersahabat dengannya membuat saya yakin bahwa nantinya dia akan menjadi fotografer yang handal. Terlebih lagi dengan kebaikan hatinya untuk ikut berpartisipasi dalam acara pernikahan saya.

Akhirnya jadilah Dodo dan teman saya satu lagi menjadi fotografer pernikahan saya. Saat itu saya bilang sama Dodo supaya kalau bisa budgetnya jangan gede-gede ya karena memang terbatas dananya. Tapi Dodo punya jawaban yang membuat saya terharu. Dia hanya menjawab, "Ndra dulu gue pernah ber-azzam sama Allah kalau gue dijadiin orang yang handal dalam bidang fotografi, gue bakal bantu temen-temen gue yang perlu dibantu. Soal bayaran ngga usah lo pikirin, sekarang lo tinggal konsen ke hari H aja. Everything is under control bro".

Singkat cerita Dodo pun melakukan tugasnya dan malam sebelum hari pernikahan saya, Dodo ada acara dulu bersama calonnya dan baru bisa malam berangkat ke Bandung, akhirnya yang membuat saya semakin takjub adalah profesionalitas yang dia tunjukkan tanpa memandang bayarannya. Saat itu Dodo dan partnernya berangkat ke Bandung jam 2 pagi dan melakukan pemotretan pernikahan saya jam 8 paginya !. Subhanallah, jazakallah khair ya bro. Sebagian hasil foto-fotonya bisa dilihat disini.

Nah tanggal 7 Juli kemarin, akhirnya Dodo pun menyusul saya. Dia memutuskan untuk berhenti melajang dan memilih untuk menikah. Ketika dia mengabarkan hal ini, yang terbayang di benak saya adalah apa ya yang bisa saya bantu untuk Dodo. Saya juga memberitahu Dodo kalau ada yang perlu dibantu silahkan telpon saya. Benar saja, ngga lama setelah dia mengabarkan rencana menikahnya Dodo kembali menelpon saya dan meminta saya menjadi Qori dan istri saya Nina menjadi saritilawahnya. Waduh ini tugas yang berat pikir saya, karena dari segi bacaan dan lagu masih banyak yang jauh lebih baik dari saya. Tapi saat itu Dodo ngga memberikan pilihan tugas yang lain dan juga ngga memberikan saya cukup waktu untuk berpikir.

Saya cuma tanya ke Dodo kenapa kok bisa kepikiran saya untuk Qorinya. Dodo menjawab, bahwa dulu ketika saya menikah dan memberikan mahar ke Nina berupa hafalan surat Ar-Ruum 20-23, katanya saat saya membacakan mahar itu dia sempat merinding dan hampir nangis. Ketika dia mengatakan alasan itu saya sempat diam dan terpikir, Ya Allah...ketika dulu dia membantu saya, dia melakukannya tanpa pamrih...bahkan hutang ongkos transportasi yang dulu pernah saya janjikan pun belum saya lunasi dan dianya sendiri tak pernah sekalipun menagih hutang itu, masya Allah baik bener ini orang. Kalau saya tolak, maka dengan apa lagi saya bisa membalas kebaikan dia. Tapi kalau tawaran ini saya terima pun bebannya ngga main-main. Setelah berpikir cukup lama akhirnya saya putuskan untuk menerima tawaran Dodo itu.

Akhirnya tanggal 7 Juli 2007 itu jadilah pengalaman pertama saya dan Nina duduk berdampingan di dekat mimbar masjid Bank Indonesia dan dihadapan khalayak ramai. Saya yang mengaji dan Nina yang menterjemahkannya. Benar-benar pengalaman pertama yang mendebarkan. Semoga sang janin yang ada di perut Nina bisa ikut mendengar ayah dan ibunya ngaji :). Semoga juga dengan ini pernikahan Dodo akan lebih membawa keberkahan dan dijadikan oleh Allah menjadi keluarga yang selalu dalam keridhaan-Nya. Barakallahulaka wabaaraka ‘alaika wa jama’aka bainakuma fii khoir. Amin

Wassalamu'alaikum






[get this widget]

posted by Indra @ 10:41 AM, ,




Sehari bersama Prof. Mudatsir Abdul Karim

Sehari bersama Prof. Mudatsir Abdul Karim


Assalamu'alaikum,

Galak. Begitulah kesan pertama yang saya tangkap pertama kali bertemu beliau. Tapi setelah banyak berdiskusi dengan guru besar ilmu politik di ISTAC-IIUM Kuala Lumpur ini, kesan itu memudar dan saya melihat sifat kasih sayang dan kebapakan dalam diri beliau. Foto-fotonya ada disini.

Hari Jum'at tanggal 29 Juni kemarin saya mendapat tugas dari INSISTS untuk menjadi tour guide pribadi beliau seharian penuh. Setelah bertemu dengan mas Eko sang sekretaris INSISTS di Kalibata jam 11, kami berdua segera menjemput Prof. Mudatsir dan keluarganya yang menginap di sebuah Guest House di daerah Pejaten. Rencananya hari itu Prof. Mudatsir ingin melaksanakan sholat Jum'at di masjid Istiqlal. Tapi entah kenapa hari itu Jakarta macet seharian penuh. Akhirnya kami memutukan untuk sholat Jum'at di masjid di daerah Kalibata. Setelah itu makan siang di rumah makan padang. Diskusi di INSISTS hari itu seharusnya dimulai dari jam 2 siang, tapi karena macet, jarak dari rumah makan padang ke INSISTS terasa jauh dan memakan waktu 45 menit untuk sampai disana. Diskusi pun dimulai jam 3 kurang 10 menit.

Setelah diskusi selesai jam 5 sore, Prof. Mudatsir minta diantar ke masjid Istiqlal untuk sholat Maghrib berjamaah disana. Saya berangkat bersama bang Henry Shalahuddin dan mas Eko. Tapi lagi-lagi kemacetan Jakarta membuat kami harus tertinggal sholat berjamaah disana. Selama dijalan Prof. Mudatsir bicara tentang struktur pemerintahan di Malaysia dan juga banyak bertanya apa yang sudah dilakukan pemerintah daerah Jakarta untuk mengatasi kemacetan yang sudah sedemikian parahnya. Saya katakan bahwa sarana angkutan Busway dan Monorail adalah salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan walaupun sampai saat ini belum menunjukan perubahan yang signifikan.

Kami sampai di Istiqlal sekitar jam setengah 7. Setelah sholat Maghrib dan Isya berjamaah di Istiqlal, Prof. Mudatsir yang aslinya dari Sudan ini minta diantar ke tempat perbelanjaan. Kalau yang ini tentu permintaan dari istri dan anak perempuannya juga untuk mencari oleh-oleh untuk anaknya yang lain di Malaysia. Saya memutuskan untuk mengantar beliau ke Plaza Senayan, karena saya ingat disana ada Metro yang menyediakan cukup banyak barang yang bisa untuk oleh-oleh.

Sekali lagi, rencana kami untuk bisa selesai semua urusan jam 9 malam harus gagal karena kemacetan di Jakarta hari benar-benar mengubah semua jadwal kami. Kami berangkat dari Istiqlal jam setengah 8 dan baru sampai di Plaza Senayan jam 9 pas. Alhamdulillah saya menggunakan mobil bertransmisi matic jadi cukup mengurangi penderitaan menyetir di Jakarta. Tapi saya sangat kasihan dengan Prof. Mudatsir dan keluarganya, mereka sudah terlihat sangat lelah dan bosan selama di perjalanan. Untung ketika hendak berangkat dari INSISTS sorenya saya punya inisiatif untuk mengajak bang Henry yang fasih bahasa arabnya, sehingga selama di perjalanan Prof. Mudatsir jadi lebih banyak berdiskusi dengan bang Henry.

Selesai belanja Prof. Mudatsir mengatakan, "You're all my guest now so please show me a nice and cozy restaurant and let me take you to a dinner". Alhamdulillah perut kami yang sedari sore meronta akhirnya akan diberi makan juga hehe. Berhubung yang ditunjuk sebagai tour guide adalah saya maka saya memikirkan akan saya bawa kemana ya tamu ini ? Saya sempat terpikir untuk mengajak mereka ke Arabian Cafe di Kemang agar mereka merasakan bagaimana atmosfir Timur Tengah di Jakarta. Tapi ternyata setelah sampai di daerah Kemang tentunya dengan bermacet-macet ria dahulu, tempat itu ngga saya temukan, entah memang sudah tutup atau mungkin terlewat.

Akhirnya saya berinisiatif untuk mengajak mereka ke Dakken yang masih di daerah Kemang juga, sebuah cafe yang punya speasialis steak & coffee. Alasan saya memilih di tempat itu adalah karena sepi pengunjung dan tata ruangnya pun menyerupai rumah biasa sehingga bisa lebih hangat suasananya dibanding restoran yang ramai. Kita berangkat dari Plaza Senayan sekitar jam 10an dan sampai di Kemang jam 11an, walhasil makan malam kami baru dimulai jam setengah 12 malam ! hehe...

Setelah kenyang dan mulai ngantuk, kami pun mulai beranjak pulang. Tujuan pertama tentu mengantarkan Prof. Mudatsir dan keluarganya kembali ke guest house di Pejaten. Tujuan kedua mengantarkan bang Henry dan mas Eko ke kantor INSISTS di Kalibata. Dan tujuan terakhir, tentu saja pulang ke rumah saya dan menemui Nina, istri tercinta yang kehamilannya sudah 7 bulan yang sudah saya tinggalkan seharian dari pagi. Alhamdulillah Nina bisa mengerti bahwa apa yang saya lakukan ini insya Allah bernilai amal baik dan semoga Allah melimpahkan balasannya kepada kami dan anak kami nanti. Amin !


Wassalamu'alaikum



[get this widget]

posted by Indra @ 12:42 PM, ,