Site Network: Link | Link | Link | Blogger Skin 2.0

 

"Laysal fataa man yaqul : Hadzaa Abii. walakinnal fataa man yaqul: Ha ana Dza!"



Meramu Sains dengan Islam (Tentang International Islamic University Malaysia)

Irwandi Jaswir
Associate Professor bidang Bioteknologi, International Islamic University Malaysia, Peneliti Tamu pada National Food Research Institute, Tsukuba, Jepang.

www.republika.co.id


Artikel berjudul 'Identitas Kampus Islam' yang dimuat di harian ini pada 6 September 2007 lalu sangat menarik untuk direnungkan. Betapa kita perlu menyimak kembali paradigma keislaman universtas-universitas yang melabeli diri mereka sebagai universitas Islam.

Tulisan berikut memberikan sedikit perbandingan bagaimana sebuah universitas Islam di luar negeri dijalankan sebagai bahan masukan untuk universitas-universitas Islam lain di Tanah Air. Penulis tidak bermaksud mengklaim bahwa International Islamic University Malaysia (IIUM) yang akan diceritakan ini sebagai contoh ideal. Namun dengan segala kemodernan dan keunikan yang dimilikinya, beberapa hal barangkali bisa dipelajari dari kampus yang berlokasi di Gombak, pinggiran Kuala Lumpur ini.

IIUM sendiri berdiri pada 1983 sebagai pemenuhan aspirasi komunitas Muslim global kontemporer untuk mendapatkan kembali pemimpin-pemimpin umat yang berpengetahuan. Dengan memiliki akar sejarah yang sangat dekat dengan Organisasi Konferensi Islam (OKI), tak heran kalau IIUM beroperasi di bawah arahan Lembaga Gubernur yang terdiri dari 8 negara OKI. Sebagai sebuah institusi internasional nan Islami, wajar kalau IIUM mematok visi untuk menjadi pusat kecemerlangan pendidikan internasional yang menggabungkan 'ilmu wahyu' dan nilai Islam dalam semua cabang ilmu pengetahuan.

Perlu dicatat di sini bahwa masyarakat kampus IIUM mengartikan Islamic revealed knowledge sebagai 'ilmu Wahyu' dan bukan ilmu agama atau ilmu Islam. Hal ini karena IIUM menganut prinsip tiada pemisahan ilmu Islam dengan ilmu dunia. Semua ilmu pengetahuan sebenarnya adalah sejalan dengan Islam dan semuanya datang dari Allah Maha Pencipta. Di samping memiliki 13 fakultas, IIUM juga mempunyai 12 pusat kecemerlangan (centre of excellence), termasuk pusat kanker payudara yang cukup terkenal di Malaysia.

Sebagai sebuah universitas berbasis Islam dan internasional, IIUM mengusung misi Triple- ICE, yakni integrasi, internasionalisasi, Islamisasi, serta kecemerlangan menyeluruh (comprehensive excellence). Universitas ini menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.

Berpusat di masjid
Kalau kita lihat kampus IIUM di Gombak, kita akan disuguhi pemandangan menakjubkan berupa rangkaian bangunan berarsitektur klasik bercorak Arab dengan kubah masjid kampus nan megah menjadi pusatnya. Di IIUM, masjid memang menjadi nadi segala kegiatan pembelajaran. Semua kegiatan akan terhenti setiap azan berkumandang dan para warga kampus akan berbondong-bondong datang untuk shalat berjamaah. Imam kepala masjid di IIUM menduduki posisi yang setara dengan dekan dan otomatis menjadi anggota senat universitas.

Masjid tidak hanya menjadi tempat shalat berjamaah. Banyak kegiatan kemahasiswaan diatur oleh manajemen masjid. Halaqah, pengajian rutin topikal dengan jumlah peserta terbatas setiap kelompok, yang menjadi mata kuliah wajib universitas, misalnya, dikorrdinasi oleh masjid. Begitu juga dengan pembelajaran Alquran, yang juga menjadi mata kuliah wajib serta program menghapal Alquran yang menjadi kegiatan ko-kurikuler favorit di kampus ini. Ini belum termasuk berbagai kegiatan untuk para staf universitas.

Di IIUM, tidak aneh menemukan mahasiswa yang hapal Alquran atau sedang dalam proses menghapal Alquran. Ketika diberi amanah menjadi pembantu dekan bidang kemahasiswaan di IIUM, penulis awalnya juga sempat 'terkejut' ketika seorang mahasiswa bioteknologi yang datang ke kantor untuk berkonsultasi ternyata sudah hapal 20 juz. Padahal, dia juga seorang pemain hoki kebanggaan universitas yang berprestasi nasional.

Kini, bahkan IIUM lebih memfasilitasi kegiatan hapalan Alquran dengan lebih serius. Lewat kerja sama dengan Jabatan Kebajikan Islam (Jakim), Kantor Perdana Menteri Malaysia, IIUM sudah merintis program melahirkan sarjana-sarjana di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang hapal Alquran sejak tahun 2000. Misinya tidak lain untuk melahirkan para cendekiawan masa depan yang menguasai 'ilmu wahyu' dan bidang pengetahuan lainnya dengan sama baiknya.

Caranya, mereka-mereka yang diterima masuk IIUM dan lulus tes calon penghapal Alquran, tidak langsung masuk kampus utama di jurusan masing-masing. Mereka dikehendaki masuk kelas khusus hapalan Alquran di Sekolah Tahfiz yang disebut Darul Qur`an selama 3 semester, namun status mereka sudah jelas sebagai mahasiswa IIUM, dengan beasiswa dan tunjangan asrama yang sama dengan mahasiswa lainnya. Setelah lulus menjadi penghapal Alquran, barulah mereka-mereka ini masuk ke jurusan-jurusan yang sudah mereka pilih sebelumnya.

Ramuan kurikulum
Di IIUM, untuk program S-1, terdapat dari lebih 20 SKS mata kuliah wajib universitas, yang sebagian besar bernapaskan `ilmu wahyu.` Sebut saja, Islam, Knowledge and Civilization, Ethics and Fiqh for Everyday Life, Islamic Worldview, Professional Ethics from Islamic Perspective, Methods of Dakwah, dan sebagainya. Selain itu, setiap mahasiswa juga wajib lulus beberapa level mata kuliah bahasa Arab untuk semua program studi yang dipilih, bahkan untuk mahasiswa non-Muslim sekalipun.

Di samping itu, setiap mata kuliah yang diajarkan pada semua program studi sedapat mungkin mengandung muatan Islam. Di jurusan bioteknologi misalnya, Islamic Ethics in Biotechnology mendapat porsi tersendiri, sedangkan di jurusan matematika, sejarah kejayaan para saintis Islam silam pun turut diajarkan. Begitu juga di program-program lain, nilai-nilai Islam selalu dikedepankan.

Mengingat kandungan kurikulum yang bersandarkan 'ilmu wahyu' yang cukup banyak, tak jarang mahasiswa IIUM turut mengambil minor di beberapa jurusan di Kulliyyah of Islamic Revealed and Human Sciences. Artinya, dengan mengikuti beberapa mata kuliah IRK-HS, mereka bisa lulus dari IIUM sebagai arsitek atau sarjana computer dengan minor di IRK, misalnya. Adalah jamak juga buat para mahasiswa mendapat double degree ketika lulus, hanya dengan menambah beberapa semester saja dari jadwal kelulusan normal. Konsekuensinya, para staf pengajar juga dituntut memiliki dasar-dasar `ilmu wahyu` yang mencukupi, meskipun mata kuliah yang mereka ajarkan tidak berhubungan langsung dengan konsep Islam.

Di luar itu universitas ini juga berupaya menerapkan nilai-nilai Islam dalam sistem dan kehidupan kampus sehari-hari, walaupun tidak secara kaku. Asrama untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan, misalnya, terletak di dua area yang terpisah jauh. Dalam kegiatan kemahasiswaan tiga batasan selalu menjadi panduan, yakni waktu shalat, hijab, serta percampuran laki-laki dan perempuan. Pelanggaran dalam hal ini berakibat sanksi tindakan indisipliner. Namun begitu, semuanya tidak menghalangi mahasiswa beraktivitas dengan leluasa, bahkan beberapa di antaranya juga menjadi kebanggaan universitas. Begitulah sedikit banyak bagaimana IIUM meramu sains dan ilmu pengetahuan dalam bingkai Islam.

Ikhtisar
- Gambaran mengenai model kampus Islam, antara lain bisa dilihat di kampus International Islamic University Malaysia.
- Di kampus ini, Islam dijadikan dasar bagi seluruh proses perkuliahan maupun kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa.
- Masjid memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan di universitas ini.
- Tak hanya di perkuliahan, dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai Islam juga dijalankan dengan baik.

_____________________


[get this widget]

posted by Indra @ 11:56 AM,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home