Site Network: Link | Link | Link | Blogger Skin 2.0

 

"Laysal fataa man yaqul : Hadzaa Abii. walakinnal fataa man yaqul: Ha ana Dza!"



Kitab tafsir pertamaku

Cerita tentang kitab tafsir pertamaku


Assalamu'alaikum


Hari itu adalah hari Minggu yang sangat aku tunggu. Rencanaku hari minggu itu adalah pergi ke toko buku Walisongo di daerah Kwitang. Rencana yang memang telah aku buat semenjak bulan puasa kemarin tapi terus tertahan karena kesibukan di rismata dan i'tikaf. Aku memang punya semacam "ritual" hampir dua bulan sekali untuk mengunjungi toko buku itu atau daerah di sekitarnya untuk sekedar melihat-lihat. Karena di daerah sekitar toko buku Walisongo itu kalau hari Minggu sangat padat dengan para penjual buku emperan mulai dari buku-buku Islam sampai buku-buku umum yang tentu harganya akan sangat berbeda jauh dibanding ketika kita membeli buku di toko-toko buku besar. Kalau misalnya satu buku di Walisongo seharga 65 ribu, di emperan itu bisa kita beli seharga 35 ribu. Lumayan kan 30 ribunya lagi untuk keperluan lainnya :).

Dulu aku pernah membaca satu hadits yang bunyinya seperti ini,
"Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orangtuanya." [HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra]. Aku tertarik dengan penafsiran tentang hal yang kedua yaitu ilmu yang bermanfaat, karena ternyata tafsir dari hal tersebut adalah ketika kita meninggalkan dunia ini dengan mewariskan ilmu kepada seseorang lalu seseorang itu membaca dan mengamalkannya lalu dia mengajarkannya lagi ke orang lain, maka pahala itu akan mengalir terus ke kita tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka, Subhanallah....

Berhubung manusia ini dhaif, banyak dosa dan ingin mencari tambahan pahala, maka aku niatkan hari itu aku ingin membeli buku yang selain untukku juga untuk orang lain, yaitu seorang teman di luar Indonesia yang memerlukan ilmu lebih banyak tentang Islam. Maka berangkatlah aku dengan sambil berpikir kira-kira buku apa ya yang cocok aku berikan ke dia
? Sampai di Kwitang di depan Walisongo, mataku mulai berburu di salah satu penjual buku emperan yang berukuran sekitar 2x5m. Seluruh sudut lapak aku telusuri untuk mencari buku-buku yang cocok untukku dan untuk temanku itu.

Tiba-tiba mataku tertahan pada kitab tafsir Ibnu Katsir yang telah lama aku incar tapi selalu saja tertahan untuk membelinya. Bukan apa-apa, kitab tafsir Ibnu Katsir yang berjumlah total 8 jilid itu harga satu jilidnya itu bisa membeli sekitar enam buku standard. Maka aku berpikir, nanti ajalah kitab itu aku beli kalau ada rezeki tambahan dan aku berjanji dalam hati, kitab itu akan aku bawa pulang kerumah suatu hari nanti, pasti !.

Mataku kembali "jelalatan" melihat berbagai buku-buku di emperan itu yang hampir semua buku itu seakan berkata
"Ndra, i know you're looking for me, so please take me home with you and i promise to treat you well". Ah bisa aja buku itu merayuku hehe. Setelah sekitar satu jam di emperan itu dan satu jam lagi di Walisongo, aku berhasil membawa pulang beberapa buku dan vcd Islami untukku dan temanku. Lalu aku segera meluncur kerumah temanku di daerah Kemang. Oh ya temanku ini sebenarnya sedang sekolah di luar Indo, tapi buku ini bisa aku titipkan ke ayah ibunya yang memang kebetulan punya rencana mengirim barang ke temanku itu.

Jam setengah empat aku sampai di rumah temanku di Kemang.
"Selamat sore om, saya Indra". Ayah temanku itu menyambut dengan ramah, "Oh iya iya silahkan masuk ndra, kita duduk di belakang aja ya supaya lebih santai". Sambil melintasi ruang tamu aku melihat banyak foto-foto keluarga terpampang dengan rapih di dinding. Ah itu dia foto temanku, lucu juga mengenakan kebaya biru dan disanggul. Hey ada juga yang sedang mengenakan kebaya putih dengan rambut disanggul juga. "Hm...beda sekali ya dia sekarang" pikirku, karena sekarang temanku itu sudah mengenakan jilbab.

Suasana di ruang belakang ternyata sejuk. Pohon-pohon dan rumput menghiasi taman belakang dan di pojok kanan ada aquarium dan di pojok lainnya ada kolam renang. Alhamdulillah suasana saat itu mendung, kalau ngga, mungkin aku udah minta izin untuk berenang :). Setelah mempersilakan aku duduk, pria ramah itu kembali masuk kedalam untuk memanggil istrinya yang tak lain adalah ibunda dari temanku. Setelah berkenalan sedikit, kami bertiga mulai terlibat dalam pembicaraan yang seru mulai dari cerita-cerita tentang temanku itu sampai kepada masalah-masalah agama.


"Aduh aku belum ashar"
, setelah berbincang-bincang sekitar satu jam tiba-tiba aku teringat kalau aku belum melaksanakan sholat ashar sedangkan waktu telah menunjukkan setengah lima sore. Aku teringat hadits tentang kemuliaan sholat ashar ini yang membuatku ingin bersegera untuk ashar, diriwayatkan oleh Jarir bin Abdullah al Bajali, Rasulullah saw bersabda : "Sungguh, kamu akan melihat Tuhanmu kelak di surga seperti kamu melihat bulan itu tanpa terhalang suatu apapun, maka jika kamu mampu, jangan sampai kamu terkalahkan oleh nafsumu untuk melaksanakan shalat shubuh sebelum matahari terbit dan shalat ashar sebelum matahari terbenam" [HR. Bukhari].

Tapi ada juga hadits lain yang semakin membuatku ingin menyudahi pembicaraan kami, diriwayatkan dari Abu Al Malih, Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar, maka gugurlah amalnya" [HR. Bukhari]. Wah aku ngga mau perjalananku kesini jadi sia-sia hanya karena gugur satu shalat asharku. "Maaf om, tante, saya numpang ashar dulu ya karena perjalanan Kwitang-Kemang tadi cukup memakan waktu, jadi saya belum sempet ashar dijalan"...

Setelah ashar di musholla atas dekat kolam renang, aku kembali ke tengah-tengah pasangan pria ramah dan wanita yang lembut ini. Kami terlibat lagi pembicaraan yang cukup panjang mulai dari tempat kuliahku, kerjaanku sampai ke masalah tasawuf yang cukup kontroversial itu. Tapi akhirnya waktu pulalah yang harus memisahkan. Jam saat itu menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit, ini saatnya untuk pamit pulang. "Om, tante, saya permisi pulang dulu ya, waktu sudah semakin sore". Jujur,
padahal pembicaraan kami bertiga saat itu sedang seru-serunya tapi langit semakin gelap dan aku masih ada janji lain dengan kakakku dirumah. So i gotta go home.

"Mah, tolong ambilkan buku titipan yang warna hijau itu dong dikamar" pria ramah itu berkata kepada istrinya. Kurang dari semenit istrinya kembali membawa buku hijau yang dimaksud lalu menyerahkan buku itu kepadaku sambil berkata, "Ini buat kamu ndra".

Aku bengong dan....
"Maaf tante, ini apa ya ? saya ngga minta tukeran hadiah kok tante" kataku sambil senyum-senyum penuh tanda tanya. "Iya tante juga ngga minta tukeran hadiah kok, tapi ini tante ada amanah yang harus disampaikan ke kamu dan kamu harus terima karena kalau ngga nanti tante yang dosa lho karena dibilang ngga menyampaikan amanah, ayo ini diterima dong".

Hm, jelas aku ngga mau wanita yang baik hati dan lemah lembut itu berdosa gara-gara beliau ngga menyampaikan amanah temanku itu. Aku mengangguk tanda mengerti, lalu beliau menyerahkan buku berwarna hijau itu kepadaku dan aku lihat cover depannya...."Masya Allah, ini kitab tafsir Ibnu Katsir yang tadi aku lihat di Kwitang !", pekikku dalam hati. Kalau saja saat itu mereka berdua tiba-tiba hilang dari hadapanku dan meninggalkan aku sendirian, entah berapa ember haru aku habiskan.

Alhamdulillah ternyata Allah menginginkan kitab tafsir itu kubawa pulang hari ini juga dengan cara yang berbeda. Selama perjalanan pulang mataku banjir sambil ditelingaku terus terngiang suara Rashid Alfasy, qori favoritku, sedang melantunkan ayat dari surat Ar Rahmaan,
"Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzibaan" (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?).......


Wassalamu'alaikum


[get this widget]

posted by Indra @ 5:15 AM,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home